Kamis, 14 Februari 2013

Kritik Arsitektur



Kritik Normatif ( Metode Terukur )
Hakikat kritik normatif adalah
·   Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
·        Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
·    Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat  kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.
·       Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi
Kritik Normatif terbagi dalam 4 metode yaitu :  
a.   Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak terukur.
b. Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif.
c.  Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan yang spesifik.
d.  Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuandalam hal ini akan dibahas mengenai metode Tipe. Metode Tipe adalah suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.



Berikut Adalah Analisis Bangunan Publik "MUSEUM MIGAS TMII" Dengan Menggunakan Metode Kritik Terukur


Gambar 1 Museum Migas
Sumber : Data Pribadi
Dalam hal ini dari segi tata bangunan menganalisis tentang standar – standar normatif yang terdiri dari :
PRINSIP DESAIN

1. BALANCE
Gambar 1Denah Museum Migas
Sumber : Data Pribadi

Ruangan pada museum Migas asimetris. Karena tidak ada sumbu yang sesuai untuk memotong denah ruang sejarah. Walaupun dari denah seperti simetris tapi sebenarnya asimetris.


2. HARMONY AND UNITY
Gambar 2 Salah Satu Ruangan Dalam Museum Migas
Sumber : Data Pribadi

Keselarasan dan kerberlangsungan bangunan dengan benda di sekelilingnya cukup dan tidak berlebihan. Bentuk dari benda-benda pada museum juga tidak mencolok dan sesuai dengan ruangan. Warna selaras perbagian ruangan sejarah museum.

3. EMPHASIS AND FOCUS
Gambar 3 Penggunaan Warna Yang Mencolok
Sumber : Data Pribadi

Penekanan ruangan terdapat pada daerah ruangan yang menggantung dan warna yang mencolok.

4. PROPORTION
Gambar 4 Salah Satu Ruangan Dalam Museum Migas
Sumber : Data Pribadi

Proporsi dari benda-benda di museum standar tidak berlebihan, tidak ada yang menjulang tinggi ataupun terlalu kecil. Tinggi dari pajangannyapun sesuai untuk pengunjung yang datang.

5. SCALE
Gambar 5 Ruang yang Cukup Luas
Sumber : Data Pribadi

Skala ruangan dengan alat peraga sesuai, ruangan cukup luas dan lidak mengganggu alat peraga, sehingga kalaupun banyak pengunjung tidak terasa sempit. Antara peragapun tidak berlebihan sehingga tidak ada masalah dengan skala dari ruangannya.

6. STRUKTUR 
Gambar 6 Kolom Museum Migas
Sumber : Data Pribadi

            Column bangunan pada museum ini berbentuk lingkaran terbuat dari beton. Kekurangannya cat-catnya terkelupas, seharusnya lebih diperhatikan lagi perawatan dari museum. Material yang digunakan yaitu Beton bulat berdiameter 50 cm, Beton bulat berdiameter 120 cm, warna berdasarkan tema ruangan

Sumber :