Kritik Normatif ( Metode Terukur )
Hakikat kritik normatif adalah
· Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun,
bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola,
standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
· Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat
dinilai.
· Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga
bersifat kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.
· Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir
tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi
Kritik Normatif terbagi dalam 4 metode yaitu :
a. Kritik
Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak
terukur.
b. Kritik
Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan
dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif.
c. Kritik
Tipical (Typical Criticism) Norma
yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan
yang spesifik.
d. Kritik
Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan
untuk satu tujuandalam hal ini
akan dibahas mengenai metode Tipe. Metode Tipe adalah suatu norma yang didasarkan pada
model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.
Berikut Adalah Analisis Bangunan Publik "MUSEUM MIGAS TMII" Dengan Menggunakan Metode Kritik Terukur
Gambar
1 Museum Migas
Sumber
: Data Pribadi
Dalam hal
ini dari segi tata bangunan menganalisis tentang standar – standar normatif
yang terdiri dari :
PRINSIP
DESAIN
1.
BALANCE
Gambar
1Denah Museum Migas
Sumber
: Data Pribadi
Ruangan pada museum Migas asimetris. Karena tidak ada sumbu
yang sesuai untuk memotong denah ruang sejarah. Walaupun dari denah seperti
simetris tapi sebenarnya asimetris.
2.
HARMONY AND UNITY
Gambar
2 Salah Satu Ruangan Dalam Museum Migas
Sumber
: Data Pribadi
Keselarasan dan kerberlangsungan bangunan dengan benda di
sekelilingnya cukup dan tidak berlebihan. Bentuk dari benda-benda pada museum
juga tidak mencolok dan sesuai dengan ruangan. Warna selaras perbagian ruangan
sejarah museum.
3.
EMPHASIS AND FOCUS
Gambar
3 Penggunaan Warna Yang Mencolok
Sumber
: Data Pribadi
Penekanan ruangan terdapat pada daerah ruangan yang
menggantung dan warna yang mencolok.
4.
PROPORTION
Gambar
4 Salah Satu Ruangan Dalam Museum Migas
Sumber
: Data Pribadi
Proporsi dari benda-benda di museum standar tidak
berlebihan, tidak ada yang menjulang tinggi ataupun terlalu kecil. Tinggi dari
pajangannyapun sesuai untuk pengunjung yang datang.
5.
SCALE
Gambar
5 Ruang yang Cukup Luas
Sumber
: Data Pribadi
Skala ruangan dengan alat peraga sesuai, ruangan cukup luas
dan lidak mengganggu alat peraga, sehingga kalaupun banyak pengunjung tidak
terasa sempit. Antara peragapun tidak berlebihan sehingga tidak ada masalah
dengan skala dari ruangannya.
6.
STRUKTUR
Gambar
6 Kolom Museum Migas
Sumber
: Data Pribadi
Column
bangunan pada museum ini berbentuk lingkaran terbuat dari beton. Kekurangannya
cat-catnya terkelupas, seharusnya lebih diperhatikan lagi perawatan dari museum.
Material yang digunakan yaitu Beton
bulat berdiameter 50 cm, Beton bulat berdiameter 120 cm, warna berdasarkan tema
ruangan
Sumber :